Untuk mengatasi persoalan tersebut, Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) Sumatera Selatan mengadakan Pelatihan Imam dan Khatib bagi Remaja Masjid se-Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin dengan tema "Bersama Dai, Membangun Negeri" pada 2 Oktober 2022 di Gedung MA Mardhatillah, Pesantren Hidayatullah Sumatera Selatan.
"Pelatihan Imam dan Khatib merupakan cikal bakal muncul dan tumbuhnya para Imam dan Khatib baru yang berilmu, berkualitas, energik, serta memiliki keterampilan yang mumpuni sebagai Imam dan Khatib," kata Ustaz Muh. Dwi Agung, S.Pd.I, Ketua Departemen Dakwah DPW Hidayatullah Sumatera Selatan yang membawahi Posdai Sumatera Selatan.
Pemateri menjelaskan khatib Jumat adalah orang yang ceramah atau menguraikan ajaran Islam kepada khalayak umum pada hari Jumat.
Adapun Rukun Khutbah Jumat adalah sebai berikut:
1. Yang pertama, memuji Allah SWT,
2. Bersholawat kepada Nabi SAW,
3. Membaca penggalan ayat Al-Quran,
4. Ada nasihat atau wasiat tentang ketakwaan, serta
5. Membaca doa dan permohonan ampunan.
Ini merupakan 5 rukun khutbah Jumat, yang harus dipenuhi dan sakral. Berbeda dengan ceramah keagamaan biasa yang boleh ada, boleh tidak.
Pemateri juga menjelaskan bahwa khatib Jumat harus tahu betul apa saja rukun dan syaratnya. Dan hal ini berdampak pada sah tidaknya shalat Jumat.
Sedangkan Syarat Khutbah Jumat, diuraikannya lebih lanjut yakni:
1. Khatib harus laki-laki,
2. Khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah Jumat yang mengesahkan Jumat,
3. Khutbah dibaca di kawasan bangunan rumah penduduk desa,
4. Suci dari hadats besar atau kecil,
5. Menutup aurat,
6. Berdiri bila mampu,
7. Yang terakhir adalah dilakukan ketika masuk waktu Zhuhur sesudah azan.
Tujuan dari pelatihan khutbah ini, agar para peserta bisa mengimplementasikan materi dari awal sampai akhir serta memastikan kemampuan dan pemahaman peserta pada pelatihan ini. *|
Tentang Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai)
Posdai mencoba mengambil peran dalam ladang dakwah yang amat penting ini. Posdai adalah lembaga yang berkhidmat kepada para dai yang tersebar di seluruh Indonesia.
Para dai itu merambah kota-kota yang jauh, menembus daerah terpencil dan minoritas, daerah konflik, serta menghadapi para misionaris. Mereka adalah orang yang ‘memilih untuk berani’, demi menerangi kehidupan ini dengan cahaya Islam.
Mereka terus bergerak melakukan perbaikan masyarakat karena menyadari bahwa masih banyak saudara-saudara mereka yang membutuhkan bimbingan dalam berislam, terutama mereka yang berada di wilayah pedalaman, terpencil, miskin sumberdaya, minoritas muslim, daerah konflik dan bencana, serta daerah yang rawan pemurtadan.
Mereka merakit wilayah-wilayah perbatasan pulau-pulau Nusantara, dalam jaringan dakwah, mengajak umat bersama-sama membangun negeri ini sekaligus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mereka juga hadir di sudut-sudut keramaian kota, bersama kaum miskin yang termarjinalkan, yang miskin harta, miskin keyakinan, untuk mengangkat harkat dan martabat mereka.
Dai-dai PosDai adalah para mu’allim (pengajar) al-Qur’an yang terus bekerja dan berkarya meski sepi dari liputan media. Dalam keheningan pamrih itu, mereka merajut pulau-pulau dalam NKRI ini dalam rangkaian cahaya al-Qur’an.
Kami ingin mengabarkan program-program PosDai kepada masyarakat agar terjalin silaturrahim sekaligus mengajak untuk turut bergabung dalam program-program tersebut demi membuat NKRI yang kita cintai ini menjadi lebih baik.
“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 273).